Sebaiknya melakukan sesuatu cukup sedang-sedang saja. Tak perlu berlebihan maupun sedikit. Begitu pula dengan berhubungan intim. Peneliti di Amerika Serikat mengatakan penyakit jantung akan menyerang apabila Anda jarang melakukan seks dengan pasangan. Asisten profesor kedokteran di Harvard School of Public Health mengatakan seks ataupun olah raga yang dilakukan sekali-kali dapat berisiko serangan jantung bahkan kematian mendadak. Hasil penelitian para ahli itu kemudian dimuat dalam Journal of The American Medical Association.
"Pemicu masalah ini sepertinya adalah kegiatan yang berintensitas tinggi secara tiba-tiba, padahal mereka yang melakukan itu belum terbiasa melakukan aktivitas fisik," kata penulis studi, Jessica K. Paulus, yang juga asisten profesor kedokteran itu.
Dari penelitian itu, Jessica menyarankan melakukan kegiatan olahraga maupun seks secara konsisten dan bertahap. Bila perlu, diawasi dokter. Dari hasil meta-analysis ini diketahui bahwa mereka yang melakukan aktivitas seks hanya sekali-sekali memiliki risiko serangan jantung sebanyak 2,7 kali lebih besar. Sedangkan aktivitas fisik sporadis meningkatkan risiko 3,5 kali lipat.
Aktivitas fisik yang jarang-jarang meningkatkan risiko sudden cardiac death 5 kali lipat. Tapi risiko secara keseluruhan rendah karena orang melakukan aktivitas ini sangat jarang dan risiko ini akan cepat terhapus.
Sex Bisa Membunuh...?
Semburan mendadak dalam intensitas sedang hingga aktivitas fisik intens, seperti jogging atau berhubungan seks, secara signifikan meningkatkan risiko terkena serangan jantung, terutama pada orang yang tidak mendapatkan latihan rutin.Dokter telah lama mengetahui bahwa aktivitas fisik dapat menyebabkan masalah jantung yang serius, tetapi studi terbaru yang dilakukan peneliti Amerika Serikat membantu untuk mengukur risiko, kata Dr Issa Dahabreh dari Tufts Medical Center di Boston, yang studinya dimuat dalam Journal of American Medical Association.
Tim ini menganalisis data dari 14 studi melihat hubungan antara latihan, seks dan risiko serangan jantung atau kematian jantung mendadak, irama jantung yang mematikan yang menyebabkan jantung berhenti mengalirkan darah. Peneliti menemukan orang cenderung 3,5 kali lebih mungkin mendapatkan serangan jantung atau kematian jantung mendadak ketika mereka berolahraga dibandingkan saat mereka tidak melakukannya.
Orang-orang itu 2,7 kali lebih mungkin untuk mendapatkan serangan jantung ketika mereka melakukan hubungan seks atau segera sesudahnya dibandingkan dengan saat mereka tidak melakukan aktivitas tersebut. (Temuan ini tidak berlaku untuk kematian jantung mendadak karena tidak ada penelitian yang melihat hubungan antara seks dan kematian jantung.)
Jessica Paulus, peneliti dari Tufts lainnya yang juga bekerja pada studi ini mengatakan risikonya cukup tinggi seperti yang ditunjukkan studi tersebut. Namun demikian periode peningkatan risikonya berlangsung singkat.
"Risiko ini tinggi hanya untuk jangka waktu yang singkat (1 sampai 2 jam) selama dan setelah aktivitas fisik atau seksual," kata Paulus seperti dilansir Reuters, Selasa (22/3). Karena itu, risiko kepada individu selama periode satu tahun masih cukup kecil, katanya.
"Jika Anda mengambil 10.000 orang, setiap sesi aktivitas fisik atau seksual per minggu dari setiap individu dapat dikaitkan dengan kenaikan 1 sampai 2 kasus serangan jantung atau kematian jantung mendadak per tahun," kata Paulus.
Dia mengatakan bahwa penting untuk menyeimbangkan temuan tersebut dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik secara teratur mengurangi risiko serangan jantung dan kematian jantung mendadak sebesar 30 persen.
"Kami tidak ingin publik menghindari aktivitas fisik dan mengira olahraga itu buruk bagi kesehatan," kata Paulus. Yang hendak ditekankan adalah orang yang tidak berolahraga secara teratur perlu menjalankan semua program latihan perlahan-lahan, secara bertahap meningkatkan intensitas latihan dari waktu ke waktu.
Artikel terkait...disini
"Pemicu masalah ini sepertinya adalah kegiatan yang berintensitas tinggi secara tiba-tiba, padahal mereka yang melakukan itu belum terbiasa melakukan aktivitas fisik," kata penulis studi, Jessica K. Paulus, yang juga asisten profesor kedokteran itu.
Dari penelitian itu, Jessica menyarankan melakukan kegiatan olahraga maupun seks secara konsisten dan bertahap. Bila perlu, diawasi dokter. Dari hasil meta-analysis ini diketahui bahwa mereka yang melakukan aktivitas seks hanya sekali-sekali memiliki risiko serangan jantung sebanyak 2,7 kali lebih besar. Sedangkan aktivitas fisik sporadis meningkatkan risiko 3,5 kali lipat.
Aktivitas fisik yang jarang-jarang meningkatkan risiko sudden cardiac death 5 kali lipat. Tapi risiko secara keseluruhan rendah karena orang melakukan aktivitas ini sangat jarang dan risiko ini akan cepat terhapus.
Sex Bisa Membunuh...?
Semburan mendadak dalam intensitas sedang hingga aktivitas fisik intens, seperti jogging atau berhubungan seks, secara signifikan meningkatkan risiko terkena serangan jantung, terutama pada orang yang tidak mendapatkan latihan rutin.Dokter telah lama mengetahui bahwa aktivitas fisik dapat menyebabkan masalah jantung yang serius, tetapi studi terbaru yang dilakukan peneliti Amerika Serikat membantu untuk mengukur risiko, kata Dr Issa Dahabreh dari Tufts Medical Center di Boston, yang studinya dimuat dalam Journal of American Medical Association.
Tim ini menganalisis data dari 14 studi melihat hubungan antara latihan, seks dan risiko serangan jantung atau kematian jantung mendadak, irama jantung yang mematikan yang menyebabkan jantung berhenti mengalirkan darah. Peneliti menemukan orang cenderung 3,5 kali lebih mungkin mendapatkan serangan jantung atau kematian jantung mendadak ketika mereka berolahraga dibandingkan saat mereka tidak melakukannya.
Orang-orang itu 2,7 kali lebih mungkin untuk mendapatkan serangan jantung ketika mereka melakukan hubungan seks atau segera sesudahnya dibandingkan dengan saat mereka tidak melakukan aktivitas tersebut. (Temuan ini tidak berlaku untuk kematian jantung mendadak karena tidak ada penelitian yang melihat hubungan antara seks dan kematian jantung.)
Jessica Paulus, peneliti dari Tufts lainnya yang juga bekerja pada studi ini mengatakan risikonya cukup tinggi seperti yang ditunjukkan studi tersebut. Namun demikian periode peningkatan risikonya berlangsung singkat.
"Risiko ini tinggi hanya untuk jangka waktu yang singkat (1 sampai 2 jam) selama dan setelah aktivitas fisik atau seksual," kata Paulus seperti dilansir Reuters, Selasa (22/3). Karena itu, risiko kepada individu selama periode satu tahun masih cukup kecil, katanya.
"Jika Anda mengambil 10.000 orang, setiap sesi aktivitas fisik atau seksual per minggu dari setiap individu dapat dikaitkan dengan kenaikan 1 sampai 2 kasus serangan jantung atau kematian jantung mendadak per tahun," kata Paulus.
Dia mengatakan bahwa penting untuk menyeimbangkan temuan tersebut dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik secara teratur mengurangi risiko serangan jantung dan kematian jantung mendadak sebesar 30 persen.
"Kami tidak ingin publik menghindari aktivitas fisik dan mengira olahraga itu buruk bagi kesehatan," kata Paulus. Yang hendak ditekankan adalah orang yang tidak berolahraga secara teratur perlu menjalankan semua program latihan perlahan-lahan, secara bertahap meningkatkan intensitas latihan dari waktu ke waktu.
Artikel terkait...disini
No comments:
Post a Comment