Aaayyooo... Segera daftarkan diri anda untuk kuliah di STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi, Demi meraih Masa depan yang Cemerlang...Info Lengkap Silahkan Klik Running Text ini...!!!
Ikuti Berita JAMBI Terbaru dengan meng-KLIK Banner berikut:

Friday, September 23, 2011

Kenza Drider, Wanita Bercadar Calonkan Diri jadi Presiden Prancis

p3k
Poster Kenza Drider untuk pemilihan presiden Prancis siap untuk dipasang beberapa bulan sebelum kampanye resmi dimulai. Ia adalah wanita bercadar, kandidat calon presiden yang berdiri tegak untuk membebaskan larangan memakai cadar di Prancis.

Drider menyatakan pencalonannya Kamis, di hari yang sama dengan pernyataan dari pengadilan Prancis yang memberikan denda kepada dua perempuan yang menolak untuk melepas cadar mereka. Ia, beserta dua wanita lainnya, merupakan salah satu kelompok wanita yang menentang larangan mengenakan cadar di Prancis sejak April dan menyusul pergerakan di negara Eropa lainnya.

Mereka bertekad membuktikan bahwa larangan tersebut bertentangan dengan hak asasi manusia. Mereka menganggap bahwa menyembunyikan wajah adalah diperbolehkan, tidak dilarang. "Ketika seorang wanita ingin mempertahankan kebebasan, dia harus berani," kata Drider kepada The Associated Press (AP) dalam sebuah wawancara.

Drider menyatakan pencalonannya Kamis di Meaux, timur kota Paris kota yang dikelola oleh anggota parlemen konservatif dan sekutu Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, Jean-Francois Cope, yang memperjuangkan larangan tersebut. "Saya memiliki ambisi hari ini untuk melayani semua perempuan yang menjadi obyek diskriminasi sosial, ekonomi atau politik," katanya.

"Sangat penting bahwa kita menunjukkan bahwa kita di sini-warga Prancis dapat membawa solusi untuk warga Perancis,” katanya. Dia dan dua wanita lainnya memakai cadar ditangkap di Meaux - ketika mencoba untuk memberikan kue ulang tahun. Mereka mendapat denda di pengadilan pada hari Kamis masing masing 120 euro dan 90 euro. Mereka ingin mengadukan masalah ini kepada Pengadilan HAM Eropa.

"Kita tidak bisa menerima bahwa perempuan akan dihukum karena mereka secara terbuka mempraktikkan keyakinan agama mereka. Kami menuntut penerapan hak di Eropa," kata Hind Ahmas, salah satu wanita yang dihukum denda. Presiden Nicolas Sarkozy sangat tidak setuju, dan mengatakan akan memenjarakan perempuan yang berjilbab.

Jajak pendapat menunjukkan bahwa kebanyakan orang Prancis mendukung larangan berjilbab ini. Hal ini diperkirakan akan mempengaruhi jumlah pemakai jilbab di Prancis. Sedikitnya, 2000 wanita menggunakan jilbab sebelum ada larangan ini.

Aksi Boikot Paus di Jerman Berlanjut
p3k
Paus Benedict XVI mengunjungi parlemen Jerman di gedung sejarah Reichstag pada Kamis (22/9) waktu setempat (hari ini WIB, red). Ia mengingatkan para politisi untuk tidak mengorbankan etik untuk kekuasaan dan menjadikan rezim NAZI sebagai pelajaran berharga.

Di luar gedung parlemen beberapa anggota parlemen melakukan aksi protes dan boikot. Mereka membentang spanduk dan poster berisi kata-kata penolakan bagi Paus. Paus Benedict sendiri memulai kunjungannya ke Jerman untuk membendung gejolak masyarakat yang mulai beramai-ramai meninggalkan gereja Katolik. Ia berbicara selama 20 menit di sana. Ia mengingatkan masyarakat Jerman untuk tidak meninggalkan agama.

Sekitar 100 anggota parlemen dari partai oposisi memboikot kedatangan Paus. Mereka datang dengan slogan untuk Paus "Tidak Diinginkan". Seorang mahasiswi berkata gereja telah membuat terlalu banyak kesalahan pada abad terakhir. Robert Lammert, juru bicara kelompok pendemo, mengatakan selama berabad-abad Jerman mengalami perang agama. "Dan agama juga mempengaruhi parlemen hingga hari ini," ujarnya.

Selama empat hari ke depan Paus akan mengadakan pertemuan dengan pemimpin komunitas agama Yahudi dan Islam di Jerman serta mengadakan tiga misa di jemaat gereja Luther. Tercatat lebih dari 250 ribu orang yang akan mengikuti misa tersebut di Stadion Olimpia Berlin.

Sehari sebelum kedatangan paus, ratusan orang juga turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi menentang kedatangan putra Jerman yang pertama kali menduduki tahta kepausan sejak 500 tahun terakhir ini. Mereka menolak kedatangan Paus yang dituding 'diam' atas aksi pelecehan seksual di gereja Jerman selama puluhan tahun.

No comments:

Post a Comment