Di antara pemain yang rutin mengisi line up, tiga di antaranya merupakan Muslim. Mereka adalah striket Karim Benzema, gelandang Mesut Ozil dan Sami Khedira. Peran tiga pemain itu sangat penting bagi kesuksesan Madrid dalam meruntuhkan kedigdayaan Barcelona yang tiga musim terakhir meraih juara La Liga Spanyol.
Di luar tiga pemain Muslim tersebut, terdapat tiga pemain Muslim lainnya yang menjadi penghuni bangku cadangan Madrid. Mereka adalah Lassana Diara, Nuri Sahin, dan Hamit Altintop. Berikut profil singkat mereka.
1. Karim Benzema
Karim Benzema berposisi sebagai striker lahir di Lyon, Perancis pada 19 Desember 1987. Sebelum bergabung Los Merengues, pemain keturunan Aljazair ini membela Lyon hingga 2009. Musim ini dia mencetak 36 gol di berbagai kompetisi yang diikuti klubnya. Benzema saat ini menjadi ujung tombak timnas Prancis dalam menghadapi Piala Eropa 2012.
2. Mesut Özil
Mesut Özil berumur 22 tahun. Meski keturunan Turki, dia berkebangsaan Jerman. Ozil berposisi sebagai penyuplai bola di Madrid dan menjadi pemain terbanyak yang memberi assist di La Liga Spanyol. Di timnas Jerman, dia bermain sebagai gelandang serang dan dijuluki El Búho (Si Burung Hantu) lantaran kemampuan operannya yang teliti di lapangan.
3. Sami Khedira
Sami Khedira dilahirkan di Stuttgart, Jerman Barat pada 4 April 1987. Dia merupakan seorang pemain Muslim Jerman. Selama membela VfB Stuttgart di Bundesliga, Khedira dikenal sebagai pemain spartan. Atas dasar itulah, Mourinho merekrutnya dan menjadikannnya sebagai tulang punggung Madrid musim ini.
4. Lassana Diarra
Lassana Diarra adalah pesepakbola Muslim kulit hitam berkebangsaan Prancis. Ia dilahirkan pada 10 Maret 1985 di Paris dan bagian dari skuat Les Blues. Dia bermain di posisi gelandang bertahan, namun bagus pula saat menjadi pemain Bek Sayap. Sebelum bermain bersama Madrid, Lass menjalani kariernya di Liga Primer Inggris, yaitu di Chelsea, Arsenal dan Portsmouth.
5. Nuri Sahin
Gelandang timnas Turki ini memiliki nama lengkap Nuri Kâzim Sahin. Ia dilahirkan pada 5 September 1988 di Lüdenscheid, Jeman. Takdirnya berkebalikan dengan Ozil, yang lahir di Jerman, namun membela Turki. Ia bergabung dengan Madrid setelah dilepas klub lamanya, Borussia Dortmund dengan nilai transfer 10 juta euro atau sekitar Rp 71,23 miliar untuk kontrak enam tahun.
6. Hamit Altintop
Hamit Altintop adalah pesepakbola Muslim Turki yang lahir pada 8 Desember 1982 di Gelsenkirchen, Jerman. Dia adalah saudara kembari dari Halil Altintop. Hamit sebelumnya membela Bayern Muenchen dan sejak 2004 membela Ay Yildizlilar atau tim Bulan Bintang, julukan bagi timnas Turki.
Yaya Toure: Saya Muslim, Tidak Minum Alkohol
Gelandang asal Pantai Gading tersebut memborong dua gol ke gawang Newcastle, Minggu (6/5/2012) untuk membuka peluang Man City menjuarai Premier League musim ini. Ia pun didapuk sebagai "man of the Match" di partai tersebut. Sebagimana kebiasaan di Premier League, pemain yang menjadi bintang lapangan harus merayakannya dengan meminum sebotol sampanye yang disediakan panitia.
Dalam video yang beredar di youtube, tampak Yaya diwawancarai bareng rekannya, Jolen Lescott. Di akhir adegan wawancara, Yaya didapuk sebagai Man of the Match dan diberi sebotol sampanye oleh panita. Dan sang gelandang dengan sopan menolaknya. "Maaf! Saya tidak minum alkohol karena saya Muslim," ujar Yaya Toure seraya tersenyum, dan menyerahkan botol sampanye itu ke rekannya, Lescott yang ada di sampingnya. "Bawa saja, bawa saja," katanya seraya berlalu.
Bukan kali pertama Toure menolak pesta kemenangan dengan menenggak minuman keras. Ia kerap menghindari tradisi itu, seraya berusaha tidak menyinggung rekan-rekannya. Juru bicara Manchester City mengatakan pemberian champagne adalah penghargaan yang didambakan setiap main. Namun katanya, klub bisa memahami jika ada individu yang menolak dengan alasan agama.
Yang bisa dilakukan klub, masih menurut juru bicara Manchester City, adalah menjamin setiap individu di ruang ganti klub tidak merasa tersinggung jika ada rekan mereka yang menolak pesta dengan alasan agama. Liga Inggris adalah kompetisi yang menampung pemain dari 68 negara.
Yaya bersama saudaranya, Kolo memang merupakan salah satu contoh pesepak bola yang sukses menjalankan ajaran agama Islam tanpa mengorbankan profesionalisme. Saat bulan Ramadan misalnya, keduanya tetap berusaha menjalankan puasa semaksimal mungkin meski jadwal latihan ketat. Keduanya dikabarkan rajin mendirikan shalat dan pintar membaca Al-Quran. Selain itu, Kolo dan Yaya juga sering melakukan donasi kepada kaum tidak mampu di Pantai Gading.
No comments:
Post a Comment