Olahraga penting bagi kesehatan tubuh kita. Tetapi tak jarang, usai berolahraga petaka justru datang. Agar olahraga tak malah jadi petaka, kita perlu memilih jenis olahraga yang sesuai usia dan kondisi fisik. Kasus yang menimpa politisi Partai Demokrat Adjie Massaid beberapa waktu lalu, seniman legendaris Betawi Benyamin Suaeb (56), pada 1995 dan pelawak Basuki (51) pada 2007 yang meninggal dunia akibat serangan jantung beberapa jam setelah bermain sepak bola atau futsal dapat menjadi pelajaran bahwa pilihlah olah raga yang sesuai dengan usia dan kondisi fisik saat itu.
Faktor usia adalah salah satu kunci penting dalam menentukan pilihan. Karena beda usia, beda kondisi kesehatan. Sebaiknya memilh olahraga yang cocok dengan usia. Karena dengan memilih hidup tanpa olahraga, sebenarnya kita menyimpan bom waktu yang jauh lebih berbahaya ketimbang kebanyakan cedera akibat olahraga.
1. Usia 20-an
Bagi Anda yang berada pada usai 20-an, dekade ini sering dikatakan sebagai puncak metabolisme manusia. Kala ini, seluruh fungsi tubuh bekerja dalam kapasitas optimalnya. Pada usia ini, atlet profesional yang menekuni olahraga dengan kadar stop and go yang tinggi, mencapai puncak kariernya. Pada usai yang tergolong muda ini, semua jenis olahraga tidak menjadi masalah. Baik olahraga, high impact, low impact, maupun yang bersifat kompetitif sekalipun. Pilih jenis olahraga yang disukai, kemudian berlatihlah sebaik mungkin agar terhindar dari inefisiensi saat berolahraga.
Sesekali latih kelenturan otot dan sendi, tanpa melupakan peregangan serta pendinginan pasca-latihan fisik. Jangan lupa, adakan penyesuaian ketika usia kita sudah mendekati akhir fase 20-an.
2. Usia 30-an
Usia ini paling rentan terhadap bahaya saat berolahraga. Sebab kebanyakan dari kita masih menganggap tubuh masih sebugar saat berusia 20-an. Padahal, fungsi organ tubuh kita banyak yang mengalami perubahan.Bantalan antar ruas tulang punggung, misalnya, di akhir usia 20-an dan sepanjang 30-an mulai menunjukkan gejala penipisan. Ini bisa menjadi salah satu pemicu mudahnya terjadi cedera.
Sebaiknya, Kita perlu lebih selektif dalam memilih olahraga. Hingga usia pertengahan 30-an, kita masih bisa menekuni olahraga yang sifatnya kompetitif. Namun, kita perlu ingat kapasitas tubuh dan mengurangi durasi waktu olahraga. Lebih baik tambah waktu untuk menekuni olahraga yang lebih berkonsentrasi pada kebugaran sistem kardiovaskular. Seperti bersepeda (juga bersepeda statis), berlari di atas treadmill, atau berenang jarak menengah. Kita juga bisa mengakrabi aktivitas fisik yang lekat dengan kebugaran otot serta tulang, seperti yoga, tai-chi, dan pilates.
3. Usia 40 dan 50-an
Pada usia ini, pilihan olahraga kompetitif atau yang bersifat high impact sudah tidak memungkinkan. Hanya mereka dengan kebugaran ekstra yang mampu melakukannya dengan baik.Sebaiknya, kita memilih kegiatan yang bertujuan untuk menjaga semua fungsi tubuh dengan baik. Yoga, tai-chi, pilates, atau senam kebugaran lainnya adalah pilihan ideal yang terbaik bagi mereka di usia ini. Seminggu tiga kali lakukan kegiatan olahraga kardiovaskular yang aman, bersepeda statis atau santai, berjalan kaki ringan, dan berenang bisa menjadi pilihan program ideal.
4. Usia di atas 60-an
Di tahap ini, aktivitas fisik sederhana dan tak berbahaya, seperti berjalan, bisa memberi dampak buruk bila tidak dilakukan dengan cermat. Pasalnya, kondisi tulang dan sendi kita di usia ini sangat rentan dan perlu diperlakukan dengan hati-hati.Namun untuk tidak bergerak juga sama berbahayanya. Mengingat tanpa stimulasi gerakan, pengeroposan tulang serta penurunan fungsi organ tubuh akan sangat mudah terjadi. Yoga masih menjadi contoh sederhana, namun efektif untuk memberi stimulasi fisik bagi tubuh.
Bahkan, jenis latihan ini memberikan pengaruh positif secara mental-spiritual. B.K.S. Iyengar, pakar yoga dunia, masih rutin latihan yoga selama 2-3 jam sehari pada usia 90 tahun. Penelitian medis menunjukkan, tubuhnya masih memiliki kemampuan yang mengagumkan. Paru-parunya masih berfungsi layaknya orang berusia 25 tahun. Semua organ tubuh berfungsi normal, bahkan ia tidak memerlukan bantuan kacamata untuk melihat.
Faktor usia adalah salah satu kunci penting dalam menentukan pilihan. Karena beda usia, beda kondisi kesehatan. Sebaiknya memilh olahraga yang cocok dengan usia. Karena dengan memilih hidup tanpa olahraga, sebenarnya kita menyimpan bom waktu yang jauh lebih berbahaya ketimbang kebanyakan cedera akibat olahraga.
1. Usia 20-an
Bagi Anda yang berada pada usai 20-an, dekade ini sering dikatakan sebagai puncak metabolisme manusia. Kala ini, seluruh fungsi tubuh bekerja dalam kapasitas optimalnya. Pada usia ini, atlet profesional yang menekuni olahraga dengan kadar stop and go yang tinggi, mencapai puncak kariernya. Pada usai yang tergolong muda ini, semua jenis olahraga tidak menjadi masalah. Baik olahraga, high impact, low impact, maupun yang bersifat kompetitif sekalipun. Pilih jenis olahraga yang disukai, kemudian berlatihlah sebaik mungkin agar terhindar dari inefisiensi saat berolahraga.
Sesekali latih kelenturan otot dan sendi, tanpa melupakan peregangan serta pendinginan pasca-latihan fisik. Jangan lupa, adakan penyesuaian ketika usia kita sudah mendekati akhir fase 20-an.
2. Usia 30-an
Usia ini paling rentan terhadap bahaya saat berolahraga. Sebab kebanyakan dari kita masih menganggap tubuh masih sebugar saat berusia 20-an. Padahal, fungsi organ tubuh kita banyak yang mengalami perubahan.Bantalan antar ruas tulang punggung, misalnya, di akhir usia 20-an dan sepanjang 30-an mulai menunjukkan gejala penipisan. Ini bisa menjadi salah satu pemicu mudahnya terjadi cedera.
Sebaiknya, Kita perlu lebih selektif dalam memilih olahraga. Hingga usia pertengahan 30-an, kita masih bisa menekuni olahraga yang sifatnya kompetitif. Namun, kita perlu ingat kapasitas tubuh dan mengurangi durasi waktu olahraga. Lebih baik tambah waktu untuk menekuni olahraga yang lebih berkonsentrasi pada kebugaran sistem kardiovaskular. Seperti bersepeda (juga bersepeda statis), berlari di atas treadmill, atau berenang jarak menengah. Kita juga bisa mengakrabi aktivitas fisik yang lekat dengan kebugaran otot serta tulang, seperti yoga, tai-chi, dan pilates.
3. Usia 40 dan 50-an
Pada usia ini, pilihan olahraga kompetitif atau yang bersifat high impact sudah tidak memungkinkan. Hanya mereka dengan kebugaran ekstra yang mampu melakukannya dengan baik.Sebaiknya, kita memilih kegiatan yang bertujuan untuk menjaga semua fungsi tubuh dengan baik. Yoga, tai-chi, pilates, atau senam kebugaran lainnya adalah pilihan ideal yang terbaik bagi mereka di usia ini. Seminggu tiga kali lakukan kegiatan olahraga kardiovaskular yang aman, bersepeda statis atau santai, berjalan kaki ringan, dan berenang bisa menjadi pilihan program ideal.
4. Usia di atas 60-an
Di tahap ini, aktivitas fisik sederhana dan tak berbahaya, seperti berjalan, bisa memberi dampak buruk bila tidak dilakukan dengan cermat. Pasalnya, kondisi tulang dan sendi kita di usia ini sangat rentan dan perlu diperlakukan dengan hati-hati.Namun untuk tidak bergerak juga sama berbahayanya. Mengingat tanpa stimulasi gerakan, pengeroposan tulang serta penurunan fungsi organ tubuh akan sangat mudah terjadi. Yoga masih menjadi contoh sederhana, namun efektif untuk memberi stimulasi fisik bagi tubuh.
Bahkan, jenis latihan ini memberikan pengaruh positif secara mental-spiritual. B.K.S. Iyengar, pakar yoga dunia, masih rutin latihan yoga selama 2-3 jam sehari pada usia 90 tahun. Penelitian medis menunjukkan, tubuhnya masih memiliki kemampuan yang mengagumkan. Paru-parunya masih berfungsi layaknya orang berusia 25 tahun. Semua organ tubuh berfungsi normal, bahkan ia tidak memerlukan bantuan kacamata untuk melihat.
No comments:
Post a Comment