Pria yang ditinggal cerai atau mati pasangannya akan cenderung lebih sehat bila dia menikah lagi. Temuan oleh Harvard University ini didasarkan pada penelitian yang mempelajari efek pemutusan perkawinan pada laki-laki, baik melalui kematian sang istri atau perceraian.
Studi ini melibatkan lebih dari 40.000 pria berusia antara 40 sampai 75 dan dilakukan sejak tahun 1986 sampai 1994. Peneliti mencatat kondisi setiap peserta setiap empat tahun sekali berdasarkan status perkawinan, diet, olahraga dan kesehatan secara keseluruhan.
Hasilnya ditemukan kalau pria yang ditinggal istrinya akibat meninggal atau perceraian mengonsumsi alkohol lebih banyak dan mengurangi asupan sayuran dalam makanan. Kondisi ini berkebalikan dengan perempuan. Perempuan cenderung meningkatkan asupan sayur mereka dan mengurangi jumlah alkohol ketika sudah bercerai.
Di sisi lain, pernikahan juga bukan sepenuhnya kabar baik untuk kaum pria. Peneliti mengatakan bahwa priayang menikah lebih mungkin mengalami kenaikan berat badan dan berkurangnya waktu untuk berolahraga.
Tetapi secara keseluruhan, para peneliti percaya menikah tetap memberikan manfaat besar untuk kesehatan pria. Hanya saja, dokter dan ahli kesehatan lainnya harus mengambil alih tugas edukasi untuk para pria agar tidak mengubah pola diet yang sudah dijalankan atau perilaku kesehatan lainnya meski sudah menikah.
Menikah Bikin Umur Lebih Panjang
Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, menikah dapat memperpanjang umur seseorang hingga 17 tahun. “The American Journal Of Epidemiology” menyebutkan, setiap pria lajang memiliki risiko kematian 32 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang menikah. Itu artinya, mereka kemungkinan meninggal 8-17 tahun lebih cepat dari rata-rata pria yang sudah menikah.
Wanita yang lajang, jangan salah sebut, mungkin sedikit lebih beruntung. Mereka memiliki harapan hidup sebanyak 23 persen, atau 7-15 tahun lebih rendah dibandingkan mereka yang telah memiliki pasangan hidup. Data ini didasarkan pada 90 penelitian yang dilakukan terhadap 500 juta orang dalam kurun waktu 60 tahun terakhir oleh para peneliti dari University of Louisville.
Para lajang yang masih muda punya risiko kematian dini yang lebih tinggi lagi. Risiko kematian untuk mereka yang masih lajang dan berusia 30-39 tahun sebesar 128 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang sudah menikah dengan kisaran umur yang sama. Di sisi lain, para lajang yang sudah berusia 70 tahun hanya memiliki resiko kematian 16 persen lebih tinggi. Mungkin ini disebabkan karena mereka telah “sukses” melalui masa lajang di usia muda.
Penemuan ini mungkin membuat bulu kuduk mereka yang masih lajang saat ini berdiri. Kenapa status pernikahan memiliki efek yang dramatis pada umur panjang?
David Roelfs, seorang asisten professor sosiologi University of Louisville menjelaskan, hal ini terkait dengan berkurangnya tunjangan kesehatan, upah, dan bantuan publik dari pemerintah. “Wanita lajang kini menjadi lebih termarjinalkan secara ekonomi dan kesehatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan inilah yang menyebabkan mereka memiliki risiko masalah kesehatan lebih tinggi dan kematian dini.”
Pasangan yang sudah menikah dapat menikmati tunjangan bersama yang lebih mampu menyokong hidup. Sementara mereka yang lajang, walau mereka memiliki keluarga dan teman-teman, pada dasarnya tetap memiliki tunjangan hidup yang lebih kecil, tambah Roelfs. Ditambah lagi, keluarga dan teman-temannya itu mungkin menekan mereka supaya segera menikah.
Artikel terkait:
1. Vitamin D dan Kopi bikin Sperma berkualitas
2. Hindarkan Serangan Jantung dengan Seks
3. Ciri Pria 'Hebat' Di Ranjang
Studi ini melibatkan lebih dari 40.000 pria berusia antara 40 sampai 75 dan dilakukan sejak tahun 1986 sampai 1994. Peneliti mencatat kondisi setiap peserta setiap empat tahun sekali berdasarkan status perkawinan, diet, olahraga dan kesehatan secara keseluruhan.
Hasilnya ditemukan kalau pria yang ditinggal istrinya akibat meninggal atau perceraian mengonsumsi alkohol lebih banyak dan mengurangi asupan sayuran dalam makanan. Kondisi ini berkebalikan dengan perempuan. Perempuan cenderung meningkatkan asupan sayur mereka dan mengurangi jumlah alkohol ketika sudah bercerai.
Di sisi lain, pernikahan juga bukan sepenuhnya kabar baik untuk kaum pria. Peneliti mengatakan bahwa priayang menikah lebih mungkin mengalami kenaikan berat badan dan berkurangnya waktu untuk berolahraga.
Tetapi secara keseluruhan, para peneliti percaya menikah tetap memberikan manfaat besar untuk kesehatan pria. Hanya saja, dokter dan ahli kesehatan lainnya harus mengambil alih tugas edukasi untuk para pria agar tidak mengubah pola diet yang sudah dijalankan atau perilaku kesehatan lainnya meski sudah menikah.
Menikah Bikin Umur Lebih Panjang
Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, menikah dapat memperpanjang umur seseorang hingga 17 tahun. “The American Journal Of Epidemiology” menyebutkan, setiap pria lajang memiliki risiko kematian 32 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang menikah. Itu artinya, mereka kemungkinan meninggal 8-17 tahun lebih cepat dari rata-rata pria yang sudah menikah.
Wanita yang lajang, jangan salah sebut, mungkin sedikit lebih beruntung. Mereka memiliki harapan hidup sebanyak 23 persen, atau 7-15 tahun lebih rendah dibandingkan mereka yang telah memiliki pasangan hidup. Data ini didasarkan pada 90 penelitian yang dilakukan terhadap 500 juta orang dalam kurun waktu 60 tahun terakhir oleh para peneliti dari University of Louisville.
Para lajang yang masih muda punya risiko kematian dini yang lebih tinggi lagi. Risiko kematian untuk mereka yang masih lajang dan berusia 30-39 tahun sebesar 128 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang sudah menikah dengan kisaran umur yang sama. Di sisi lain, para lajang yang sudah berusia 70 tahun hanya memiliki resiko kematian 16 persen lebih tinggi. Mungkin ini disebabkan karena mereka telah “sukses” melalui masa lajang di usia muda.
Penemuan ini mungkin membuat bulu kuduk mereka yang masih lajang saat ini berdiri. Kenapa status pernikahan memiliki efek yang dramatis pada umur panjang?
David Roelfs, seorang asisten professor sosiologi University of Louisville menjelaskan, hal ini terkait dengan berkurangnya tunjangan kesehatan, upah, dan bantuan publik dari pemerintah. “Wanita lajang kini menjadi lebih termarjinalkan secara ekonomi dan kesehatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan inilah yang menyebabkan mereka memiliki risiko masalah kesehatan lebih tinggi dan kematian dini.”
Pasangan yang sudah menikah dapat menikmati tunjangan bersama yang lebih mampu menyokong hidup. Sementara mereka yang lajang, walau mereka memiliki keluarga dan teman-teman, pada dasarnya tetap memiliki tunjangan hidup yang lebih kecil, tambah Roelfs. Ditambah lagi, keluarga dan teman-temannya itu mungkin menekan mereka supaya segera menikah.
Artikel terkait:
1. Vitamin D dan Kopi bikin Sperma berkualitas
2. Hindarkan Serangan Jantung dengan Seks
3. Ciri Pria 'Hebat' Di Ranjang
No comments:
Post a Comment